Photobucket"alt="image">
Sabtu, 25 Juli 2009

Peta rahasia itu seperti sudah tertelan didalam otaknya. Bagai foto kenangan tak pernah lepas dari pikirannya. Teringat betul jalur mana yang harus ia pilih.

Belokan pertama ambil kiri,
Belokan kedua ambil kiri,
Belokan ketiga tetap lurus,
Perempatan ambil kiri,
Tapat 10langkah ambil kanan,
Lurus terus hingga menemukan tangga ke 6 dari sebelah kanan.

Ryan menemukannya. Tangga penuh karat dilumuri sedikit lumut sangat usang untuk dilihat. Perasaan jijik untuk menyentuhnya telah kandas dari pikirannya. Sekarang tak ada waktu untuk mengatakan tidak. Semaut apapun harus ia lakukan. Sekalipun ini menyangkut kesehatan atau penampilan. Ryan harus bisa mengatakan ia pada segalanya. Mesti hati merasa tidak setuju sekalipun.

Ryan menaiki tangga tersebut. Badannya tidak lihay. Maklum, pertama kali dalam seumur hidupnya dia harus menaiki tangga manual tanpa pengaman apapun.

Semenjak kehadirannya didunia, Ryan tidak pernah disuruh kedua orang tuannya untuk menaiki tangga ekstrim seperti ini.
Berkarat,
Lumut,
Terlihat renta,
Tanpa pengaman.

Sedikit kemenangan. Akhirnya Ryan dapat mencapai puncak tangga. Didorongnya sebuah pintu selokan kecil. Bergeser kekanan dan terciumlah aroma oksigen yang ia rindu sejak beberapan jam belakangan ini berada didalam selokan gelap, lembab dan hening.

Suara hiruk-pikuk mulai melewati gendang telinganya. Dia bisa merasakan suara asli keributan masyarakat. Ini bukan dalam televisi, Ryan. Ini kenyataan.

Dia memanjat keluar dari gelapnya selokan.
Berusaha untuk tetap berdiri tegap walau kakinya sedikit lemas akibat efek keharuan yang belebihan.

“Ini dunia luar Ryan, dunia luar !”
Hati nurani Ryan menyadarkannya. Serasa meninju kesadaran. Ryan tertawa kecil. Perlahan tertawa itu semakin besar. Orang-orang disekitarnya tida menyadari tertawaan besar yang dikeluarkan oleh Ryan itu. Orang-orang sibuk berlalu lalang dikeramainan malam dingin kota Lime. Ibukota Scwerlord sekaligus kota terbesar di Scwelord.

Badannya berputar. Berputar perlahan melihat keadaan disekelilingnya.
Senyuman tak kandas dari bibirnya. Semangat kemenangan begitu ia rasakan kali ini.

Ryan Bebas,
Ryan bisa keluar dari penjara manis itu,
Ryan bahagia bisa lahir didunia luar,
Ryan merasakan adanya masa depan setelah ini.

Ryan berjalan. Mengikuti arah keramaian kota tersebut. Banyak objek yang ia rasa sangat menarik untuk dilihat. Banyak orang berpakainan tidak lazim dimatanya.

Sekelompok gadis muda, masing-masing dari mereka menggunakan baju berwarna serba muda, sedangkan kulit mereka terlihat gelap ditelan malam. Rok super mini menggiur lelaki yang berlalu lalang. Mereka hanya tertawa jika seorang lelaki terbengong-bengong melihat keberadaan mereka.
Ryan pernah melihatnya sesekali didalam televisi. Mengenai kehidupan malam anak-anak gaul kota Lime. Dan kini, Ryan bisa melihatnya secara langsung. Tanpa ada sekat yang membatasinya.

Tanpa disadari, salah satu dari kawanan gadis itu menyapa ke arah Ryan yang masih melihat seksama kehadapan mereka.
“Hei, tampan !” seorang gadis berbaju kuning, setelan rok abu-abu bahan jeans menyapa kearahnya.
Ryan bingung, dia harus menyapa balik atau tidak. Dirasa menyapa baik adalah jawaban tepatnya. Dia melambai kearah mereka. Gadis berbaju kuning itu justru tertawa malu kehadapan teman-temannya.
“Kau lihat lelaki manis itu? Dia menyapaku balik.” Disusul dengan kerumunan suara tertawaan genit dari masing-masing anggota kawanan tersebut.

Ryan berbalik. Mencari pemandangan baru yang dirasa awam baginya.
Sekelompok anak laki-laki dengan style super aneh. Berkumpul diatas jembatan sungai kecil sambil mengalungi sebuah kalung panjang berbandul besar. Rambut diatas standar laki-laki, kuciran, baju serba kegedean dan topi menutupi mata.
Siapakah mereka itu?

Ryan tidak mengenalnya. Macam kategori apa mereka semua. Sedikit ingat dengan vidio musik-musik hip-hop yang sering ia dengar di acara musik. Mereka mungkin salah satu penggemar RnB. Bercita-cita menjadi seorang rapper atau merasakan asiknya gaya hidup dibayang-banyak orang RnB.
Tak semuanya berkulit hitam.
Cara interaksi mereka yang aneh.
Menyingkat setiap kata.
Bertutur bahasa sedikit kasar.

Ryan harus segera keluar dari pandangannya itu. Takut membuat curiga kalau sosoknya sebagai anak presiden negara Schewlord diketahui telah kabur dan berlalu-lalang disekitar taman pusat.

Kini Ryan bingung. Tujuannya tak terarah.
Tak ada misi selanjutnya setibanya dia diluar.
Intinya, dia hanya ingin bisa mencium aroma oksigen didunia luar.
Setalah sekian lama mencium oksigen dalam istana yang cukup membuat sesak nafas.
Mungkin setelah ini dia harus balik ke penjaranya.
Kembali menyusuri lorong.
Kembali mengendap-endap,
Kembali kekamranya,
Naik keatas kasur, menarik selimut tebalnya dan kembali tidur.
Esoknya dia terbangun, melihat hari dibalik jendela satu-satunya dikamar.

Tidak,
Tidak,
Itu tidak sesuai harapan,

Entah arah mana yang ia tuju. Keramaian kota semakin menjadi-jadi. Puluhan orang berjalan santai mengelilingi taman dan sekitarnya. Padahal jam sudah menunjukan angka 1 dini hari. Tetapi keramaian masih terlihat sekarang.


Dia senang, bisa hidup diantara keramaian,
Dia senang, bisa hidup diantara kesibukan,
Dia senang, bisa hidup diantara Kebisingan,
Dia senang, bisa hidup didunia luar.

Sekarang kemana ?
Akalnya bertanya.

Melihat ragu kearah kanan.
Lampu-lampu tiap-tiap toko menyala. Kesibukan bukan main terlihat jelas dari kejauhan.

Melihat ragu kearah kiri.
Lampu-lampu tiap-tiap toko menyala. Kesibukan bukan main terlihat jelas dari kejauhan.

Ryan bingung kemana langkahnya harus bergerak. Menuju sebuah titik tuju yang tentu bukanlah sebuah rencana utamanya. Ia hanya memerlukan sebuah pelarian dan memandang lingkungan sekitar. Selebihnya dia lebih memilih diam atau kembali.

Pandangannya seperti disihir oleh sesuatu. Dilihatnya segerombolan orang keluar dari sebuah ruang bawah tanah. Mereka mengenakan setelan jas berwarna gelap dan bungkusan kertas coklat seperti sebuah dokumen penting ditangan mereka. Keraguan tak lagi menyelimutinya. Ryan langsung mendekati ruang bawah tanah itu. Semakin mendekat suara bising seperti sesuatu yang bergerak cepat melintas sudah terdengar. Kakinya mulai menuruni anak tangga. Kebawah dan semakin kebawah. Terlihatlah sebuah pemandangan asing dimatanya.

Inilah stasiun kereta bawah tanah. Penghubung manusia antara satu dunia dengan dunia lainnya.

Ryan memasang senyum penuh kemenangan dibibirnya.

Inilah saat yang tepat untuk memulai menghilangkan jejak.

10.42