Photobucket"alt="image">
Rabu, 10 Juni 2009

Malam ini akan menjadi malam paling berkesan untuk Ryan. Pertama kalinya ia akan melakukan tindakan tergila dari yang paling gila pernah ia lakukan selama hayat hidupnya. Sebelumnya, tak banyak hal gila pernah ia lakukan. Hanya serentengan penolakan kepada orang tua dan orang banyak.

Ryan telah bersiap,

Bersiap mental,

Serta jasmani,

Karna malam ini akan menjadi malam panjang penuh dengan rintangan batin dan fisik. Peperangan melawan ketatnya penjagaan merupakan sebuah rintangan terbesar yang kelak akan ia hadapi selama beberapa jam kedapan lagi. Jantungnya sulit untuk diajak kompromi. Sulit untuk menyatukan kembali ke denyutan berirama normal.

Ryan gelisah,

Ryan takut semuanya akan gagal.

Tas ransel kecil telah ia persiapkan. Berisikan 2 pasang baju, 2 pasang celana, keperluan obat-obatan serta sebuah senter. Tidak luput juga ratusan lembaran uang resmi yang dipakai kebanyakan warga schewland. Dia tidak memerlukan sesuatu yang banyak. Dia pikir semuanya cukup untuk keperluannya hidup didunia luar sana.

Ryan tidak boleh gagal,

Tidak.

Jarum jam berputar sesuai porosnya. Jarum detik terasa gesit untuk beputar. Kening Ryan sedikit dibanjiri keringat dingin. Ini alamiah, kegugupan selalu menghantui siapa saja yang akan berhadapan dengan sesuatu yang besar dan dinantikan oleh hati. Terasa jantung ini ingin keluar dari orbit. Detaknya semakin tidak stabil. Tangannya sulit untuk mencengkram sesuatu. Bibirnya tak henti-hentinya menarik kencang udara diruang sekitar.

Ryan gugup,

Lagi, Ryan beranggapan kalau semua akan kandas.

Makan malam tadi cukup menyenangkan.

Cukup menyenangkan sebagai hidangan makan malam terakhirnya diistana. Dia sedikit optimis, kalau esok tak akan ada lagi sup sayur serta potongan kentang tertabur diatasnya. Mungkin esok dia akan memakan makanan sampah tidak layak kunyah. Atau mungkin esok dia tidak akan memakan apapun sama-sekali.

Ibunya menceritakan pengalaman serunya ketika menghadiri peresmian butik Mee and Moo tadi siang. Ryan tidak terlalu menyimak. Pikirannya berpusat kepada misi sintingnya. Ryan hanya tersenyum sebagai salam perpisahan. Senyuman penuh siratan yang tidak diketahui oleh ibunya maksud senyuman itu sendiri.

Kini hanya tinggal beberapa menit.

Lampu ruang tengah, lampu lorong ruang tengah, lampu jalur bilik kanan serta lampu sepanjang koridor akan dimatikan secara otomatis. Waktu yang tepat untuk mengumpat didalam kegelapan.

Waktu semakin dekat,

Semakin dekat,

Semakin dekat,

Sangat dekat.

59, 58, 57, 56 . . .

batinnya berkomat-kamit.

Mengintung mundur detik-detik terakhirnya bisa menghembuskan tarikan nafas terakhir dikamar tercintanya ini.

23,22,21,20 . . .

Mungkin tak akan ada lagi selai strawberry asam,

Mungkin tak akan ada lagi kelas berkuda,

Mungkin tak akan ada lagi sapaan selamat pagii dari Robbie.

12,11,10,9 . . .

Tarikan nafas terakir, ia sempatkan untuk mengumpulkan sebanyak-banyak mungkin dari ruangan kesayangannya ini,

Hembusan panjang terakhir, ia sempatkan keluarkan sebanyak-banyak mungkin dari ruangakn kesayangannya ini.

5,4,3,2,1 . . .

Semua lorong mulai padam.

Ryan dapat merasakannya.

Suara dentuman cukup nyaring dari hentakan listrik yang dipaksakan untuk padam.

Ryan berjalan menuju pintu. Membuka perlahan lalu mengamati sekitar. Terlihat aman untuk dilalui.

Terlihat bersih untuk dilalui.

Dia keluar,

Mengeluarkan badannya yang kurus dari kandang.

Menutup kembali pintu secara perlahan.

Berjalan nyaris tak bersuara.

Berkompromi kepada kedua kakinya untuk tidak mengeluarkan sedikit pun sebuah suara .

Matanya menerawang dikegelapan.

Berjalan mengikutin arah peta yang sebelumnya telah ia hafalkan masak-masak.

Setelah beberapa kali belokan. Akhirnya Ryan tiba disebuah ruangan keluarga. Ruangan keluarga yang sangat diabaikan. Karna sang pemilik tidak pernah menghabiskan waktunya sedikitpun disini.

Ayah Ryan sibuk dengan tugasnya mengawasi negara,

Ibu Ryan sibuk dengan lusinan hingga kodian surat yang menghujani kotak pos didepan istananya,

Sedangnkan Ryan,

Sibuk memikirkan masa depannya didepan jendela kamar tercintanya.

Tak ada yang pernah memasuki ruangan keluarga ini.

Ryan tak menyadari adanya ruangan ini.

Seperti hilang ditelan ombak.

Ruangan ini begitu indah dan menawan walau sedikit berdebu diselimuti waktu.

Ryan mengamati sisi kanan dan kirinya. Merasa aman karna tak ada sedikit suara membuntutinya. Masuk kedalam ruangan lalu menghampiri sebuah lemari buku besar terlihat usang. Ryan mengetahui rahasia ini dari dokumen penting denah darurat istananya itu dari dokumen negara. Dia megambil secara diam-diam melalui pasword dunia milik ayahnya. Seseorang yang diyakini sebagai pembuat istana mengatakan kalau dalam keadaan darurat semua manusia seisi istana diharapka keluar dari pintu kecil dibawah tangga, kamar kecil gudang sapu, lukisan besar dekat lorong kabin 2 serta lemari tua usang diruang keluarga.

Ryan memilih ruangan keluarga. Dirasa cukup sulit untuk bisa mengendap-endap kedalam sebuah ruangan kecil gudang sapu, tangga bawah serta lorong kabin 2. daerah itu rawan akan kehadiran belasan penjaganya. Ruang keluarga adalah ruangan privasi. Lagipula keberadaannya sedikit terabaikan. Inilah kesempatan baik untuk bisa pergi.

Lemari tua ini menyimpan misteri. Buku tebal berjudul ensiklopedi berjejer terurut rapih diatas rak. Sedikit berdebu memang, tapi buku-buku tersebut masih kokoh berdiri. Tak ada goresan atau usangan hancur menyeliputi masing-masing dari itu. Untungnya tak ada sekelurahan rumah sarang laba-laba. Lemari tua ini masih terlihat kokoh meski waktu berulang-ulang kali menggerogotinya. Lemari ini tidak rentan akan masalah waktu yang gemar memakannya atau masalah betah tidaknya sekelompok laba-laba punya umur. Dibalik kekokohan ini, ada sebuah rahasia. Rahasia pintu kecil, gelap dan lembab dibaliknya.

Ryan tidak tau cara membuka pintu rahasia itu. Tak jarang dia coba mendorong, menggeser dan menggerakan kesegala arah lemari itu. Badannya yang kecil terlihat hilang tenggelam diumpat oleh lemari besar tersebut. Selintas Ryan teringat. Peringatan cara membuka pintu rahasia masing-masing pintu yang ada di istananya itu. Dia mengurutkan, mengingat cara membuka pintu lemari besar rahasia diruang keluarga.

Buku,

Merah,

Kode CLXXII,

Harvey Starthron,

Halaman 876,

Ingatannya terurut jelas, segera mencari rahasia tersebut. Matanya mengurutkan masing-masing buku yang berjejer itu. Mencari buku merah dengan nomor CLXXII. Rupanya terletak dideretan rak nomor 8 dari atas. Senyuman tak kabur-kaburnya dari bibir manisnya. Semangat menggelora untuk membuka halam 876 yang ia ingat betul.

Rupanya pada halaman tersebut kosong. Seperti kertas baru tanpa sapatah kata atau huruf apalagi angka. Sedikit jengkel memang. Tapi kekosongan halaman itulah kunci utamanya. Dia merobek kertas kosong tersebut. Seperti sihir, lemari tergeser dengan perlahan. Ryan sedikit terlonjak. Matanya lekat-lekat melihat keajaiban buku merah, kertas robekan dan lemari tua.

Siapa yang membuat ini semua ?

Tanpa panjang kata. Ryan segera memasuki ruangan gelap dibelakang lemari tersebut. Tangannya masih menggengam kertas sobekan itu. Tangan kanannya masih menggenggam buku merah ajaib itu. Perlahan lemari tertutup kembali. Kegelapan mulai menyapanya. Teringat dengan senter yang Ryan persiapkan sebelumnya. Dia mengeluarkan lalu menggunakannya. Lampu senter mencerahkan semuanya. Menuntun Ryan kepada jalur tujuannya dengan jelas.

Lembab dan terasa hampa.

Jalur rahasia ini memang sepertinya sengaja untuk dirancang seperti ini. Tak ada penerangan, apalagi satu buah jendela. Badan Ryan sedikit menggigil. Jaket tebalnya tak mampu menolong tubuhnya yang kini kurang lemak. Dia menyesal mengapa memiliki tubuh kurus tak berlemak. Tapi semua masa lalu. Harus siap dia menerima segala maut yang akan dia temukan mulai sekarang. Entah itu serangan dingin atau serangan kelaparan. Semua harus sesuai sketsa. Tak ada kata kembali ke rumah pada pikirannya.

Semua ada didepan.

Melangkah sedikit lagi membuat semuanya jelas,

Masa lalu ada dibelakang,

Masa depan tidak pernah ada dibelakang.

Ryan masih berjalan.

Berjalan diamukan kegelapan.

Berjalan dikautan kelembapan.

Berjalan dihujani suara rintikan air jatuh dari atas langit-langit tembok.


00.55